PENGUJIAN
EFISIENSI PASAR
Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Teori Portofolio dan Analisis Investasi
Dosen
pengampu :
Dian
Wismar’ein, SE. MM
Disusun
oleh :
Kelompok
10 V.C
1.
Eka Neta Putri 2012-11-277
2.
Shobirin 2012-11-286
3.
M. Choirudin 2012-11-287
4.
Nila Fadhilah 2012-11-288
5.
Erli Supriyani 2012-11-280
PROGDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
2014
1.1.PENDAHULUAN
Ide dari pengujian
pasar yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis yang disebut dengan
hipotesis pasar efisien (HPE) atau efficient
market hypotesis (EMH). Untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis ini, maka
perlu dilakukan pengujian secara empiris untuk masing-masing bentuk efisiensi
pasar.
Fama (1970) Pengujian
efisiensi pasar merupakan ide dari pengujian yang efisien dituangkan dalam
suatu hipotesis. Untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis maka perlu dilakukan
pengujian secara empiris untuk masing – masing bentuk efisiensi pasar.
Tiga kategori bentuk – bentuk efisiensi pasar
menurut Fama (1970)
1.
Pengujian
– pengujian bentuk lemah ( Weak-form
tests )
Yaitu seberapa kuatinformasi masa lalu
dapat memprediksi return masa depan.
2.
Pengujian
– pengujian bentuk setengah kuat ( semi-strong-from
test).
Yaitu seerapa cepat harga sekuritas
merefleksikan informasi yang dipublikasikan.
3.
Pengujian
– pengujian bentuk kuat ( Strong-from
test).
Untuk menjawab pertanyaan apakah
investor mempunyai informasi privat yang tidak terefleksi di harga sekuritas.
Di artikel selanjutnya,
Fama (1991) Ketiga kategori bentuk – bentuk pasar diubah, nama-nama yang diusulkan
1.
Pengujian
– pengujian efisiensi pasar bentuk lemah diganti menjadi pengujian – pengujian
terhadap pendugaan retutrn (tests for
return predictability).
2.
Pengujian
_ pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat diubah menjadi studi – studi
peristiwa (Event studies).
3.
Pengujian
– pengujian efisiensi pasar bentuk kuat diusulkan menjadi pengujian – pengujian
terhadap informsi privat (tests for
private information).
1.2.
PENGUJIAN – PENGUJIAN PENDUGAAN RETURN
Sebelum tahun 1970, pengujian
fisiensi pasar bentuk lemah difokuskan pada harga masa lalu. Jika HPE
(Hipotesis Pasar Efisien) benar maka peubahan harga masa lalu tidak berhubungan
dengan harga sekuritas sekarang, sehingga tidak dapat memprediksikan harga atau
return dari sekuritas. Hipotesis untuk menguji bentuk lemah ini berhubungan
dengan hipotesis langkah acak ramdom walk
hypotesis). Jika harga mengikuti pola langkah acak maka perubahan harga
dari waktu ke waktu sehingga perubahan harga hari ini tidak ada hubunganya
dengan perubahan harga kemarilumnyan atau hari-hari sebelumnya.
Setelah tahun 1970,
pengujian efisiensi pasar bentuk lemah tidak hanya difokuskan pada harga masa
lalu untuk memprediksi harga sekarang atau masa depan, tetapi juga melibatkan
variabel – variabel lainya, variabel yang digunakan diantaranya adlah divident yield, rasio P/E, suku bunga,
dsb.
Pengujian efisiensi
pasar bentuk lemah dapat dilakukan dengan cara pengujian statistik atau dengan
cara pengujian menggunakan aturan-aturan perdagangan teknis (technical tradingrules)
1.2.1. Pengujian
Statisik
Pengujian statistik
dapat dilakukan dengan menguji independen dari perubahan-perubahan harga
sekuritas. Jika hasil pengujian menunjukan harga maka implikasinya adalah
investor tidak dapat menggunakan nilai masa lalu dari variabel penduga (harga,
return, dividen yield, rasio P/E atau suku bunga) untuk memprediksi harga atau
return sekarang. Untuk pasar yang efisien secara bentuk lemah perubahan harga
sekuritasnya adalah independen dari harga masa lalu variabel-variabel penduga.
Pengujian statistik
yang banyak dilakukan untuk pengujian independen adalah pengujian variabel
dengan menggunakan korelasi sireal atau regresi linier dan pengujiann run (run test).
Pengujian
Menggunakan Korelasi Dan Regresi Linier
Pengujian pasar
efisiensi bentuk lemah ini dilakukan ntuk menguji tidak adanya hubungan dengan
harga atau return sekuritas masa lalu dengan harga atau return sekarang atau
mendatang. Pengujian ini sulit alasanya adalah harga atau return skuritas masa
lalu yang mana akan digunakan untuk memprediksi harga atau return sekuritas
yang akan datang. Harga atau return tahun kemarin, dua tahun yang lalu, tiga
tahun yang lalu atau harga atau return
minggu kemarin, dua hari yang lalu dan setrusnya. Misalnya suatu studi menggunaan data harga
tahun kemarin untuk memprediksi harga tahun sekarang dan menemukan bukti tidak
ada hubungan secara statistik. Pernyataan apakah hasil ini dapat digunakan
pasar sudah efisien secara lemah, padahal kemungkinan lain misalnya jikia harga
dua tahun kemarin digunakan mungkin akan didapatkan hubungan dengan sekuritas
tahun ini.
∆Pt = β0 + β1 • Pt-1-T+ et (1-1)
|
Notasi:
∆Pt = Pt – Pt-1
∆Pt-1 = Pt-1-T – Pt-2-T
Di
persamaan (1-1)
Koefisien β0
:
mengukur perubahan harga yang di ekpektasi dan yang tidak berhubungan dengan
perubahan harga periode lalu.
Koefisien β1
:
mengukur hubungan antara perubahan harga antara periode lalu dengan perubahan
harga peeriode selanjutnya.
Jika T=0, maka
hubungan perubahan harga adalah antara periode ke-t dengan t-1 adalah :
∆Pt
= β0 + β1
• ∆Pt-1 +
et
Atau
( Pt – Pt-1)
= β0 + β1
• ( Pt-1-T – Pt-2-T
)+et
Untuk
T=1, maka hubungan periode harga adalah antara periode ke-t dengan periode ke
t-2 adalah
∆Pt
= β0 + β1
• ∆Pt-2 +
et
Dan seterusnya untuk
nilai T=2 dan selanjutnya
Di dalam penerapanya,
beberapa peneliti menggunakan pengukuran perubahan harga yang bervariasi.
Beberapa peneliti menggunakan return yaitu perubahan harga relatif terhadap
harga periode lalu dan juga memasukan nilai dividen ke dalamnya sebagai berikut
|
|
Hubungan linier antara
dua periode perubahan harga ini dapat diestimasi dengan menggunakan koefisien
korelasi atau dengan menggunakan teknik regresi. Cootner (1974) misalnya menggunakan
45 perusahaan yang tercatat di NYSE. Dia menggunakan pengukuran logaritma
return relatif periode seminggu
sebelumnya dan 14 minggu sebelumnya adalah sebesar -0,047 dan 0,131. Fama
(1965) dengan pengukuran yang sama dan menggunakan 30 perusahaan di NYSE
mendapatkan nilai-nilai korelasi sebesar 0,026, -0,039, -0,053, -0,57
berturut-turut untuk interval 1 hari, 4 hari, 9 hari dan 16 hari. Hasil empiris
ini menunjukan bahwa pasar modal NYSE adalah sudah efisien dalam bentuk lemah,
karena korelasi antara perubahan harga antar periode tidak signifikan yang
menunjukan adanya independensi harga sekuritas dari satu periode ke periode
yang lain.
Pengujian
Run
Run adalah urutan tanda
yang sama dari perubahan-perubahan
nilai. Misalnya harga perubahan sekuritas yang meningkat diberi tanda
positif (+), perubahan yang turun diberi
tanda negatif (-), dan harga sekuritas yang tidak berubah diberi tanda nol (0).
Perubahan-perubahan harga sekuritas sebagai berikut: +++00+----- terdiri dari 4
runtun, yaitu untun pertama berupa tiga perubahan dengan positif yang sama
(+++), runtun kedua dengan perubahan bentuk nol yang sama (00), runtun ketuga
berupa satu perubahan bentk positif yang sama (+) dan runtun keempat berupa lma
perubahan bentuk negatif yang sama (-----).
Jika perubahan harga
sekuritas berkorelasi secara positif dari waktu ke waktu, maka diharapkan akan
terjadi sedikit perubahan tanda atau akan terjadi runtun yang sedikit.
Sebaliknya jika perubahan harga sekuritas berkorelasi secara negatif dari waktu
ke waktu, maka akan banyak terjadi perubahan
tanda dari negatif ke positif, atau dari positif ke negatif, atau akan terjadi
banya runtun.
|
Notasi:
N1 = jumlah perubahan “+”.
N2 = jumlah perubahan “-” .
N = jumlah dari perubahan atau sebesar N1+N2
|
Nilai Z-hitung adalah sebesar :
|
Notasi:
NR = jumlah sesungguhnya dari seluruh
return
Jika nilai z ihitung signifikan, berarti
perubahan laba tersebut adalah acak. Sebaliknya jika nilai z dihitung tidak
signifikan berarti perubahan tersebut tidak acak atau tidak mendukung hipotesis
pasar efisien bentuk lemah.
Contoh 1.1:
Runtun perubahan laba akuntansi untuk
suatu perusahaan selama 20 periode adalah sebagai berikut:
++--++-+++--+++--+++
Jumlah dari perubahan harga laba yang
positif (N1) adalah sebanyak 13 buah dan jumlah dari
perubahan laba yang negatif (N2)
adlah sebanyak 7 buah, jumlah seluruh perubahan laba (N) adalah sebanyak 20
buah. Dengan menggunakan rumus (1-4) jumlah runtun ekspektasian adalah sebagai
berikut:
=
10,1
Dengan deviasi standar sebesar :
= 1,87
Jumlah runtun sesungguhnya yang terjadi (NR) adalah sebanyak sembilan runtun, yaitu
++, --, ++, -, +++, --,+++. – dan +++. Pertanyaanya adalah apakah jumlah rntun
sesungguhnya ini (yaitu sebanyak 9 buah) secara signifikan menyimpang dari yang
diekspektasikan (yaitu sebanyak 10,1). Untuk mengetahui hal ini maka perlu
dilakukan pengujian secara statistik sebagai berikut :
= -0,58824
Hasil dari Z hitung adalah tidak
signifikan, menunjukan bahwa runtun perubahan laba tersebut sifatnya adalah
tidak acak
Pengujian
cyclical
Adalah pola lain yang terjadi ketika paar
tidak efisien atau bentu lemah. Misalnya
a.
French (1980)
Return
hari senin lebih rendah dengan hari-hri lainya dalam satu minggu, ini berarti
return sekuritas mempunyai pola siklikal dengan return terendah dihari senin.
b.
Gibbons dan Hens (1981)
Menemukan
hal yang sama ditemukan oleh french, return yang digunakan adalah raw return.
Gibbon dan hess menggunakan abnormal retun yang digihtung menggunakan risk-adjustedreturn (lihat bab 1.3.1)
c.
Rozeff dan kinney
(1976)
Return
pada bulan januari lebih besar dari pada return-return pada bulan lainya.
Return yang digunaan raw return. Ketika menggunakan model abnormal return efek
januari menjadi hilang.
1.2.2. Pengujian secara Aturan
Perdagangan Teknis
Untuk pasar yang tidak
efisien bentuk lemah, pergerakan return atau harga sekuritas dari waktu ke
waktu dapat mempunyai pola yang tertentu. Jika memang pola yang seperti ini
terjadi maka investor dapat menggunakan sebagai strategi perdagangan untuk
mendapatkan keuntungan berlebihan. Salah satu strategi memanfaatkan pola
perubahan harga sekuritas ini adalah strategi aturan saringan (filter rule)
Strategi saringan ini
merupakan strategi waktu yaitu strategi tentang kapan investor harus membeli
atau menjual suatu sekuritas. Dengan strategi ini investor akan membeli
sekuritas jika harga dari sekuritas meningkat melebihi batas atas yang sudah
ditentukan dan menjual jika harga turun lrbih rendah dari batas bawah yang
sudah ditentukan
harga sekuritas
t*
gambar 1.1batas membeli atau menjual
saham
di
gambar 1.1. terlihat bahwa harga sekuritas sampai wakti t* berada di batas atas
dan batas bawah yang sudah ditentukan. Strategi yang menguunakan investor untu
membeli sekuritas tersebut pada saat waktu ke t* alasanya adlah jika harga
sekuritas sudah memecah dan memulai menembus batas atasnya, kemungkinan besar
harga sekuritas ini akan meningkat.
Sekuritas untuk harga atas dan harga
bawah harus ditentukan sebesar nilai absolut atau nilai relatif terhadap harga
sebelumnya. Misalnya :
Harga sekuritas masih dalam keadaan wajar
jika harga berada diantara Rp. 10.000,- sampai Rp. 18.000,-. Harga Rp. 10.000,-
dan harga Rp. 18.000 merupakan nilai absolut bahwa harga dan batas atas harga
yang ditentukan.
Misalnya ditentukan presentase untuk beli
25% dan untuk jual 40%. Jika harga sekuritas terendah sebelumnya adalah sebesar
Rp. 8.000,-, maka order untuk membeli sekuritas ini dilakukan jika harga
sekuritas sudah menjadi sebesar Rp. 10.000,-, yaitu sebesar Rp. 8.000,- + 25% x
Rp. 8.000,-, sebaliknya jika harga sekuritas tertinggi yang pernah terjadi
dalah suatu bperiode adalah sebesar Rp. 12.000,- maka order akan menjual
sekuritas akan dilakukan jika harga sekuritas menembus harga Rp. 7.500,-, yaitu
sebesar Rp12.000,- -40% x Rp.12.000,-
1.3.STUDY PERISTIWA
Study
peristiwa merupakan Study yang mempelajari reksi pasar terhadap suatu peristiwa
yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa ini
digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat
juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat.
Pengujian
kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar untuk setengah kuat merupakan
dua pengujian yang berbeda. Pengujin kandungan informasi dimaksutkan untuk
melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas
bersangkutan. Reaksi ini dapat di ukur dengan menggunakan return sebagai nilai
perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal
return. Jika digunakan abnormal
return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai
kandungan informasi akan memberikan abnormal
return kepada pasar. Begitupun sebaliknya.
Peristiwa
|
Reaksi pasar terhadap
Kandungan informasi
|
Hasil
|
Ada
Abnormal
return
|
Pengumuman
peristiwa
|
TIDAK ADA KANDUNAGAN INFORMASI
|
ADA KANDUNAGAN INFORMASI
|
Tidak ada
Abnormal
return
|
Gambar 1.2.
Pengujian kandungan
informasi hanya menguji reaksi terhadap pasar, tetapi tidakmenguji seberapa
cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar
untuk menyeraap informasi untuk diumumkan, maka pengujian ini pengujian
efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan
pengujian efisiensi setengah kuat jika investor bereasi secara cepat untuk
menyerap abnormal returnuntuk menuju
harga keseimbangan yang baru.
Bagaimana jika
pengumuman peristiwa tidak menimblkan abnormal return? Ada yang menyimpulkan
bahwa pasar efisien setengah kuat bentuk informasi. Alasanya adalah investor
tidak mendpatkan keuntungan luar biasa yang merugikan orang lain. Alasan lainya
adalah sebenarnya terjadi abnormal return,
tetapi abnormal return ini diserap
dengan sangat cepat.
Kesimpulan lainya
menolak pasar efisiensi jika tidak terjadi abnormal
return. Alasanya adalah jika suat pengumuman tidak mengandung informasi.
Bagaimana dapat disimpulkan semudah itu bahwa pasar adalah efisiensi setengah
kuat bentuk informasi. Tidak menimbulkan abnormal return berarti investor tidak
bereaksi..
Peristiwa
|
Kandungan informasi
|
Kecepatan reaksi
|
Efisiensi pasar secara informasi
|
Pengu-muman
peristiwa
|
Lama
dan berkepan-jangan
|
Tidak
ada
Abnormal return
|
Ada
Abnormal return
|
Tidak
Efisien
|
Tidak
Terjawab
|
Efisien
|
Cepat
|
Gambar 1.3. Efisiensi pasar secara
informasi
Efisiensi
pasar secara informasi adalah efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang hanya
ditinjau dari informasi yang dipublikasikan. Pengujian ini tidak memperhatikan
dari kecanggihan dari perilaku pasar didalam menginterprestasikan dan
menganalisis informasi lebih lanjut. Pelaku pasar yang canggih akan membedakan
antara nilai ekonomis dan nilai yang bukan ekonomis dan akan menganalisis lebih
dalam informasi yang diterima supaya tidak dibodohi oleh pasar
Peristiwa
|
Pengujian Kandungan
Informasi
|
Pengujian Efisiensi
Secara Informasi
|
Pengujian Efisiensi Pasar Secara
Keputusan
|
||
|
Reksi Pasar
|
Kecepatan Reaksi
|
Nilai Ekonomis
|
Kecepatan Reaksi
|
Efisiensi pasar secara keputusan
|
Ada
Abnormal
return
|
Tidak
Ada
Abnormal
return
|
Cepat
|
Lama dan berkepan-jangan
|
Tidak Bernilai
ekonomis
|
Bernilai
ekonomis
|
Tidak Bernilai
ekonomis
|
Bernilai
ekonomis
|
Reaksi benar
|
Reaksi salah
|
Reaksi salah
|
Reaksi salah
|
TIDAK EFISIEN
|
TIDAK EFISIEN
|
TIDAK EFISIEN
|
EFISIEN
|
TIDAK EFISIEN
|
EFISIEN
|
Reaksi benar
|
Gambar 1.4.Efisiensi pasar secara
informasi dan secara kepuasan
Gambar 1.4. menunjukan bahwa efisiensi
pasar secara keputusan lebih tinggi tingkatanya dibandingkan dengan efisiensi
pasar secara informasi. Ini berarti pasar efisien bentuk setengah kuat secara
informasi belum tentu efisien secara keputusan. Paa gambar 1.4. akan melibatkan
empat buah faktor, yaitu : (1) abnormal
return, (2) kecepatan reaksi, (3) nilai ekonomis, (4)ketepatan reaksi.
1.3.1. Hasil Empiris Studi
Peristiwa
Beberapa
hasil empiris dari studi peristiwa yang dilakukan diantaranya adalah studi
tentang pemecahan saham (Stock spilit), penawaran
perdana (initial publik offering), pengumuman
deviden (dividend announcemen) dan
tentang invormation)
Pemecahan
Saham (Stok split)
Stock Split adalah
pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan
demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan
penurunan nilai nominal saham.
Dengan adanya pemecahan saham maka
nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi berubah tetap dilain pihak jumlah
lebar saham yang beredar akan bertambah. Oleh karena itu jumlah nilai pari atau
nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak mengalami perubahan.
Kenapa ada STOCK SPLIT ?
Salah satu alasan perseroan melakukan
stock split adalah untuk menurunkan harga sahamnya. karna kalau harga saham
terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor terhadap saham yang dikeluarkan
oleh perseroan yang bersangkutan.
Stock Split yang dilakukan
perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua(two for one
stock) dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham setiap
lembar yang dipegang sebelumnya, nilai saham baru adalah setengah dari nilai
nominal saham sebelumnya. begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar
satu jadi tiga (three for one stock). Pemegang saham akan menerima tiga lembar
saham untuk setiap satu saham yang dimiliki sebelumnya, nilai saham baru adalah
sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.
Sebagai contoh :
Perusahaan dengan 100 Lembar saham dengan harga $50 /
saham,
Kapitalisasi pasar adalah 100 x $50 = total $5000
Perusahan stock split dua untuk satu
Maka jumlah lembar saham menjadi 200 lembar
Harga saham disesuaikan dengan total $5000/200 maka
harga lembar saham menjadi $25
Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dilakukan
1. Split Up
(Pemecahan saham naik)
Adalah penurunan naik nominal perlembar saham yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah yang beredar. Misalnya :
Pemecahan saham dengan faktor 3:1 pada awalnya
nilai nominal perlembar saham sebelum melakukan stock split sebesar Rp.1500
maka setelah dilakukan stock Split Up dengan perbandingan 3: 1, nilai nominal
perlembar saham baru adalah Rp. 500 sehingga lembar saham awalnya 1 lembar
menjadi 3 lembar saham.
2. Split Down
(Pemecahan saham turun)
Adalah peningkatan nilai nominal perlembar saham yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar.
Misalnya :
Split Down dengan faktor 1:3 yang merupakan kebalikan
dai split up, awalnya nilai nominal perlembar saham Rp. 1000, kemudian
dilakukan Split Down dengan perbandingan 1:3 maka nilai nominal perlembar saham
baru adalah Rp. 3000 dan jumlah lembar saham yang aalnya 3 lembar menjadi 1
lembar saham.
Banyak investor percaya bahwa stock split akan menghasilkan
harga saham meningkat dan membeli saham akan cenderung meningkat. Orang lain
berpendapat bahwa manajemen perusahaan dengan memulai stock split secara
implisit merupakan sinyal kepercayaan dalam prospek masa depan perusahaan.
Manfaat Stock Split
Stock split dilakukan oleh perusahaan dengan harapan
dapat memberi Manfaat :
1. Menurunkan
harga saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, menimbulkan
marketability dan efisiensi pasar.
2.
Mengubah investor odd lot (membeli
saham di bawah 500 lembar) menjadi round lot (membeli saham minimal 500
lembar).
3.
Memanfaatkan psikologi investor
tentang tingkat keuntungan yang lebih tinggi karena basis harga yang lebih
rendah.
4.
Meningkatkan daya tarik masyarakat
untuk berinvestasi.
5. Mensinyalkan
kondisi perusahaan yang bagus.
Penawaran
Perdana
Perusahaan
yang pertama kali melemparkan sahamnya ke pasar saham disebut melakukan
penawaran perdana. Karena belum pernah tercatat dibursa saham, maka haega
sekuritasnya belum diketahui writeryang
menjamin pelemparan perdana akan menannggung resiko untuk menjualkan saham ini
disebabakan nilai sebenarnya dari sekuritas belum diketahui. Oleh karena itu
underwriter cenderung cenderung untuk menjualkanya dengan harga yang murah
untuk mengurangi risiko tidak laku dijual. Investor yang dapat kesempatan
untguk membeli sekuritas yang undervalued
ini akan dapat menikmati abnormal
return. Akan tetapi jika pasar sifatnya adalah afisien, abnormal return yang ada hanya terjadi
dengan waktu yang cepat dan tidak berkepanjangan. Ini berarti bahwa investor
yang membeli beberapa saat setelah pengumuman IPO sudah tidak akan memperoleh abnormal return lagi, karena harga
sekuritas sudah mencapai keseimbangan yang baru.
Pengumuman
Deviden
Miller dan Modigliani
(1961) menunjukan bahwa deviden sifatnya adalah tidak relevan didalam
menentukan nilai dalam perusahaan. Watts (1973, 1976), Ang (1975), dan Gonedes (1978)
tidak menemukan bukti bahwa dividen mengandung informasi. Akan tetapi hasil
studi yang baru lebih mendukung bahwa dividen mengandung informasi.
Beberapa pendekatan
telah digunakan untuk menguji informasi dari deviden. Pendekatan yang pertama
adalah memasukan variabel deviden ke model laba untuk memprediksi laba masa
depan (misalnya adalah Laub, 1976). Deviden mempunyai informasi jika kekuatan
prediksi model laba menjadi meningkat. Pendekatan yang kedua adalh menguji
hubungan antara variabel deviden dan variabel laba, apakah deviden menyebabkan
laba atau laba menyebabkan deviden (misalnya adalah Ang, 1975; Olson dan McCann,
1994). Deviden dianggap membawa informasi jika deviden menyebabkan laba.
Pendekatan yang ketiga Didakukan dengan mengamati pergerakan harga sekuritas
sekitar pengum,uman dari perubahan deviden yang tidak diekspektasi (unexspected devidend changes). Pendekatan
ketiga ini dilakukan dengan melakukan studi peristiwa (event study). Penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan
ketiga ini misalnya adalah Watts (1974), Gonedes (1978), Aharony dan swary
(1980), Woolridge (1982), Asquith dan Mullins (1983), Healy dan Pelepu (1988),
Kane, Lee, dan Marcus (1983), Chang dan Chen (19910 dan Eddy dan Seifert
(1992).
Watts (1976)
menggunakan sampel sebanyak 310 perusahaan dalam periode 1946-1967 untuk
menguji kandungan informasi dari deviden. Dengan menggunakan model ekspektasi
deviden oleh Lintner, Watts menemukan nilai abnormal
return (dihitung dengan menggunakan model pasar) yang tidak signifikan.
Nilai abnormal return ini tidak melebihi biaya transaksi yang harus
ditanggung.
Juga menggunakan model
ekspektasi deviden oleh Lintner, Gonedes (1978) membentuk 12 portofolio
didasarkan pada kombinasi kesalahan peramalan standarisasi (standardized forecast errors) rendah dan tinggi dari perubahan
laba, perubahan deviden kas (cash
devidend) dan item-item luar biasa (extraordinary
item) dari 285 perusahaan selama periode 1946-1972. Gonedes menemukan bahwa
deviden tidak membawa informasi.
Aharony dan Swary
(1980) menggunakan model ekspektasi deviden sederhana (neive model) dan model ekspektasi Lintner yang dikembangkan.
Karena banyak pengumuman laba yang dekat dengan pengumuman deviden, maka supaya
efrk dari pengumuman deviden merupakan efek yang murni tidak tercampur oleh
efek pengumuman laba, maka sampel yang mengadung pengumuman laba sekitar 10
hari pengumuman deviden tidak digunakan dalam studi. Sampel mereka adalah
deviden kuartalan yang meliputi 149 perusahaan industri yang tercatat di NYSE
pada periode 1963-1976. Dengan menggunakan indeks pasar S&P, mereka
menghitung abnormal return selama 10
hari di sekitar tanggal pengumuman deviden. Mereka menemukan bahwa pasar
bereaksi dalam interval waktu 2 hari saja, yaitu sehari sebelum pengumuman dan
sehari pada waktu pengumuman deviden. Hasil, ini menunjukan bahwa deviden mengandung
informasi dan pasar cukup efisien dalam bentuk setengah kuat terhadap informasi
deviden ini terlihat bahwa pasar menyerap informasi tersebut dengan cepat.
Informasi
Akuntansi
Nilai pasar dari
perusahaan merupakan bukan nilai sekarang dari aliran-aliran kas masa atang.
Jika ini benar maka investor seharusnya menggunakan nilai arus kas untuk
menentukan harga dari sekuritas perusahaan bersangkutan. Selain arus kas
informasi akuntansi yang lain juga digunakan oleh pasar. Misalnya Hudges (1986)
menunjukan bahwa nilai dilaporan keuangan seperti laba bersih perusahaan
diangggap sebagai sinyal yang menunjukan nilai dari perusahaan . kadang kala
aliran kas dan laba memberikan informasi yang bertentangan yaitu kenaikan laba
dapat diikuti oleh penurunan aliran kas dan sebaliknya. Jika ini terjadi
informasi aliran kas lebih diyakini mewakili nilai dari perusahaan dibandingkan
dengan informasi laba, maka seharusnya investor yang canggih menggunakan
informasi aliran kas ini.
Metode
akuntansi persediaan merupakan ilustrasi yang baik untuk menggambarkan dampak
perbedaan terhadap informasi arus kas dan informasi laba. Berikut ini merupakan
contoh data persediaan suatu barang.
Tanggal Dibeli
|
Harga Pokok
|
6/5/97
|
Rp 100,-
|
17/11/97
|
Rp 120,-
|
13/12/97
|
Rp 150,-
|
18/12/97
|
Rp 200,-
|
Harga
pokok diatas menunjukan harga pada kondisi ekonomi inflasi, yaitu harga yang
selalu meningkat dari waktu ke waktu mulai dari barang masuk awal sebesar Rp
100,- sampai dengan barang yang masuk terakhir sebesar Rp 200,-.
Pada
tanggal 20/2/98, sebuah barang ini dijual dengan harga jual sebesar Rp 250,-.
Jika perusahaan menggunakan metode akuntansi persediaan FIFO (First In First Out) , maka asumsinya
adalah barang yang dijualadalah barang yang masuk pertama kalinya, yaitu barang
yang dibeli pada tanggal 6/5/97 dengan harga pokoknya sebesar Rp 100,-.
Sebaliknya jika pwerusahaan menggunakan metode akuntansi persediaan LIFO (Last In First Out, maka asumsinya
adalah barang yang dijual adalah barang yang masuk terakhir kalinya, yaitu
barang yang dibei pada tanggal 18/12/97 dengan harga pokoknya sebesar Rp 200,-
Dengan demikian, untuk metode akuntansi yang berbeda, kemungkinan nilai harga
pokok yang berbeda laba dan arus kas yang terjadi sebagai berikut ini.
|
Metode FIFO
|
Metode LIFO
|
Pendapatan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor Operasi
Pajak (30%)
Laba Bersih
Arus Kas
|
Rp 250,-
100,-
---------- -
Rp 150,-
45,-
----------- -
Rp 105,-
Rp 105,- + Rp 100,-
= Rp 205,-
|
Rp 250,-
200,-
----------- -
Rp
50,-
15,-
----------- -
Rp
35,-
Rp 35,- + Rp 200,-
= Rp 235,-
|
Untuk
metode FIFO, laba bersih perusahaan (Rp 105,-) lebih besar dibandingkan dengan
laba yang menggunakan metode LIFO (Rp 35,-). Hal yang sebaliknya terjadi, yaitu
untuk metode FIFO, arus kas perusahaan (Rp 205,-) lebih kecil dibandingkan
dengan arus kas yang menggunakan metode LIFO (Rp 235,-). Arus kas dihitung
sebesar laba bersih ditambah dengan harga pokok. Nilai harga pokok ditambahkan
karena harga pokok ini merupakan aliran kas keluar periode yang lalu, bukan
aliran kas keluar periode ini.
Untuk
kondisi ekonomi inflasi, metode FIFO menghasilkan laba bersih lebih besar
dibandingkan dengan metode LIFO dan arus kas lebih kecil dibandingkan metode
LIFO. Untuk kondisi ekonomi desflasi, hal sebaliknya yang akan terjadi.
Ringkasan dari hasil ini tampak sebagai berikut.
Tabel 14.1. Perbandingan Laba Bersih Dan
Arus Kas Untuk Metode Persediaan FIFO dan LIFO.
|
Ekonomi Inflasi
|
Ekonomi Desflasi
|
||
FIFO
|
LIFO
|
FIFO
|
LIFO
|
|
Laba Bersih
Arus Kas
|
Lebih Besar
Lebih Kecil
|
Lebih Kecil
Lebih Besar
|
Lebih Kecil
Lebih Besar
|
Lebih Besar
Lebih Kecil
|
Hasil ilustrasi ini
menunjukan bahwa karena adanya penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk
kondisi ekonomi yang berbeda, dapat menyebabkan perbedaan nilai arus kas dan
laba yang berbeda dan bertentangan. Hasil ilustrasi yang menunjukan dampak
berbeda dari metode akuntansi terhadap laba dan arus kas yang juga seharusnya
mempunyai dampak yang berbeda terhadap harga sekuritas jika diyakini laba atau
arus kas menentukan harga dari sekuritas.
Ada dua hipotesis yang
berhubungan dengan dampak perubahan metode akuntansi yang digunakan. Hipotesis
yang pertama disebut dengan “No-effect
Hypothesis”. Hipotesis ini menyatakan bahwa tidak ada perubahan harga
disebabkan oleh perubahan dari metode atau prosedur akuntansi. Hipotesis yang
kedua yang merupakan lawan dari hipotesis pertama dikenal dengan nama “mechanistic hypotesis” atau “monopolistic hypothesis” atau “functional hypohtesis” (lihat lebih
lanjut di Watts dan Zimmerman, 1986). Hipotesis ini menyatakan bahwa ada
perubahan harga sekuritas karena pasar secara sistematis dikelabui oleh
prosedur akuntansi.
Sunder (1973) meniliti
110 perusahaan yang berpisah dari metode FIFO ke LIFO dan 22 perusahaan yang
berpindah dari LIFO ke FIFO selama periode 1946 sampai dengan 1966. Hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa saham-saham perusahaan yang berpindah dari FIFO ke
LIFO mengalami kenaikan abnormal return mulai
12 bulan sebelum pengumuman. Untuk perusahaan-perusahaan yang berpindah dari
LIFO ke FIFO mendapatkan abnormal return
yang negatif pada waktu pengumuman dan 12 bulan sesudahnya. Hasil ini mendukung
bahwa investor bereaksi terhadap pengumuman perubahan metode akuntansi dan
menggunakan informasi arus kas untuk menilai harga sekuritas. Hal ini konsisten
dengan uraian sebelumnya bahwa kondisi ekonomi inflasi, perubahan motode FIFO
ke LIFO meningkatkan arus kas dan jika investor menggunakan informasi arus kas,
maka akan didapatkan reaksi positip terhadap harga sekuritas.
1.4.PENGUJIAN INFORMASI
PRIVAT
Pengujian
informasi privat merupakan pengujian pasar efisiensi bentuk kuat, permasalahan
dalam pengujian efisiensi bentuk kuat adalah informasi privat yang akan diuji
merupakan informasi yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Pengujian ini
secara tidak langsung menggunakan proksi. Proksi yang digunakan adlah return
yang diperoleh oleh corporate insider
dan return yang diperoleh oleh portofolio reksadana. Alasanya corporate insider dan reksadana dianggap
mempunyai informasi privat di dalam perdagangan sekuritas
Insider
Trading
Merupakan
perdagangan sekuritas yang dilakukan oleh corporate
insider. corporate insider adalah pejabat perusahaan, manajemenya atau
pemegang saham mayoritas yang mempunyai informasi privat. Security Exchange
Commision (SEC) mengharuskan insider
mempunyai kepemilikan 10% dari saham perusahaan harus melaporkan kegiatan
transaksi sekuritasnya ke SED secara bulanan. Informasi ini dipublikasikan
secara bulanan oleh SEC dalam publikasi “ Official
Summary of Security Transaction and Holdings”. Official summary ini telah banyak digunakan sebagai basis
apakah insider dapat memperoleh abnormal return.
Return
dari Reksa Dana
Reksa
dana merupakan portofolio yang dibentuk oleh perusahaan reksadana dan dijual
kembali kepada masyarakat dalam bentuk unit penyertaan. Salah satu tujuan dari
reksadana adalah untuk meminimumkan resiko tidak sistematik (dengan membentuk
portofolio) dan untuk menghsilkan return yang inggi. Jika reksa dana dapt
menghasilkan return yang tinggi yang tidak normal hal ini bertentangan tentang
hipotesis pasar efisien, jika ini memang terjadi reksa dana dapat memperoleh
abnormal returnyang berlebihan. Kemungkian manajer reksa dana dapat informasi
privat yang tidak di publikasikan.
1.5.ANOMALI PASAR
Anomalisasi pasar
adalah teknik atau strategi yang tampaknya bertentangan dengan pasar efisien.
Beberapa anomali yang dapat mendapat banyak perhatian adalah anomali karena
strategi PER (price Earning Ratios) rendah dan anomali efek ukur perusahaan.
Basu melakukan
penelitian dengan merangkng PER tinggi ke PER yang rendah selama 12 bulan
setelah terjadi pembelian sekuritas. Hasil yang diperoleh bahwa sekuritas
sekuritas dengan PER rendah mengalahkan sekuritas dengan PER yang tinggi. Hal
ini dikatakan anomali karena informasi PER merupakan informasi yang tersedia
luas dan sudah banyak dilgunakan oleh pasar dalam menilai suatu saekuritas.
Jika investor sudah banyak menggunakan strategi ini tidak akan menghsilkan abnormal return,akan
tetapi kenyataan strategi ini dapat menghasilkan abnormal return, sehingga dianggap sebagai suatu anomali. Anomali
pasar terjadi pada peusahaan yang kecil karena perusahaan – perusahaan yang
berukuran kecil memerikan return yang lebih besar dibandingkan dengan return
yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar.
DAFTAR
PUSTAKA
Jogiyanto hartono, 2010, Teori
Portofolio dan Analisis investasi, edisi ketujuh, BPFE-Yogyakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35218/4/Chapter%20ll.pdf., diunduh
pada tanggal 22 september pukul 06.15 WIB
http://studio3e.wordpress.com/2012/08/06/stock-split-pemecahan-saham/., diunduh
pada tanggal 22 september pukul 06.20