BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saham merupakan
tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan dana
menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu berkembang. Baik secara
fundamental dan teknikal. Berbagai literature mencoba memberikan rekomendasi
yang berbeda-beda namun tujuannya sama yaitu ingin memberikan profit yang
tinggi bagi pemakainya.
Beberapa
nilai yang berhubungan dengan saham akan dibahas disini yaitu Nilai buku (book
value), Nilai pasar (market value) dan nilai instrinsik (instrinsic value).
Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten.Nilai
pasar merupakan nilai saham dipasar saham dan Nilai instrinsik merupakan nilai
sebenarnya dari saham.
Ada banyak pihak
yang terlibat dalam bermain di pasar saham, secara umum ada tiga yaitu
investor, spekulan, dan government.Ketiga pihak yang terlibat ini sama-sama
memiliki tujuan dan kepentingannya masing-masing.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengertian saham ?
2. Bagaimana
pengertian saham preferen, saham biasa, dan saham treasuri ?
3. Apa
saja nilai yang berhubungan dengan saham ?
4. Bagaimana
pengertian PER ?
C. Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Teori Portofolio dan Analisis
Investasi.Untuk mengetahui pengertian saham preferen, saham biasa, dan saham
treasuri. Untuk mengetahui apa saja nilai yang berhubungan dengan saham. Serta
untuk mngetahui bagaimana pengertian PER dan penerapan contoh soalnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Saham
Saham
adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.Suatu
perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock).Jika
perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan
saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu
perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham yaitu yang disebut
dengan saham preferen (preferred stock).
B. Pengertian
Saham Preferen, Saham Biasa, dan Saham Treasuri
1. Saham
Preferen
Saham preferen merupakan saham yang
mempunyai sifat gabungan antara obligasi (bond) dan saham biasa.Seperti bond
yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang
tetap berupa deviden preferen.Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim
pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi (bond).Disbanding
dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hakatas
dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.Oleh
karena itu saham preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah
antara bond dan saham biasa.
± Karakteristik
Saham Preferen
1. Preferen
terhadap dividen
a. Pemegang
saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Misalnya dividen untuk perlembar
saham preferen adalah Rp5.000,- maka pemegang saham biasa tidak akan menerima
dividennya sebelum pemegang saham preferen menerima dividen sebesar Rp5.000,-
ini.Dividen disaham preferen biasanya dinyatakan dalam nilai presentase dari
nilai nominalnya. Missalnya dividen untuk saham preferen disebutkan sebagai 7%
dari nilai nominal Rp10.000,- maka dividen tetap yang dibagikan perlembarnya
untuk saham preferen ini adalah Rp700,-.
b. Saham
preferen juga umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak
kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Dividen tahun
sebelumnya yang belum dibayarkan disebut dengan dividens in arrears. Misalnya
dividen preferen sebesar 7% dari nominal Rp10.000,- sudah 3 tahun diarrears,
maka pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima sebesar sebesar
Rp2.100,- sebagai dividens in arrears selama 3 tahun dan Rp700,- untuk dividen
tahun sekarang dengan total dividen sebesar Rp2.800,-.
2. Preferen
pada waktu likuidasi
Saham preferen
mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak
yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.Besarnya hak atas
aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham preferennya
termasuk semua dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif.
± Macam
Saham Preferen
1. Saham
preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa.
Misalnya suatu
perusahaan mengeluarkan sebanyak 10.000 lembar saham preferen dengan nilai
nominalnya sebesar Rp10.000,-. Selembar saham preferen ini bisa dikonversikan
menjadi 5 lembar saham biasa yang nilai nominalnya sebesar Rp1000,-. Jika nilai
pasar sekarang dari saham preferen dan saham biasa adalah sebesar Rp11.000,-
dan Rp1.500,- berturut-turut maka pemegang saham preferen tidak akan
mengkonversikannya, karena nilai pasar saham preferen perlembar Rp11.000,-
ditukarkan dengan 5 lembar saham biasa yang mempunyai total nilai pasar lebih
kecil, yaitu sebesar Rp7.500,- (5 x Rp1.500,-). Jika harga pasar saham biasa
tersebut misalnya adalah Rp2.500,-, maka pemegang saham preferen akan
menukarkannya, karena akan mendapatkan nilai pasar saham biasa sebesar
Rp12.500,- (5 x Rp2.500,-) yang lebih besar dari nilai pasar sebuah saham
preferen yaitu sebesar Rp11.000,-.
2. Saham
preferen yang dapat ditebus. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai
nominal sahamnya.
3. Saham
preferen dengan tingkat dividen yang mengambang. Merupakan saham inovasi baru
di Amerika Serikat pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen
secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat
return dari sekuritas t-bill (treasury bill).
2. Saham
Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu
kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa.Pemegang saham
adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada menejemen untuk
menjalankan operasi perusahaan.
± Hak
Pemegang Saham Biasa
1. Hak
control. Hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan. Pemegang
saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan
direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan
yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
2. Hak
menerima pembagian keuntungan. Hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan
bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba
akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini merupakan
sumber dana intern perusahaan. Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk
dividen. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan
sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.
3. Hak
preemptif merupakan hak untuk mendapatkan presentasi pemilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Hak ini mempunyai dua tujuan
yaitu
§ Melindungi
hak control dari pemegang saham lama. Misalnya seorang pemegang saham lama
mempunyai presentasi pemilikan sebesar 51% dari sejumlah 10.000 lembar saham
yang beredar. Pemegang saham mayoritas ini memegang control perusahaan. Karena
tidak ada hak premtif, manajer perusahaan yang juga pemilik 40% saham,
mengeluarkan saham baru sebanyak 2.500 lembar dan membelinya sendiri. Posisi terakhir
menjadi 40,8% (5.100 / (10.000 + 2.500) untuk pemegang saham yang dulunya
mayoritas dan 52% [(4.000 + 2.500) / (10.000 + 2.500)] untuk manajer pemilik
yang dulunya minoritas sekarang menjadi mayoritas. Jika hal ini dapat terjadi,
situasi ini dapat mencemaskan pemegang saham lama karena manajer dapat memegang
control sepenuhnya dari perusahaan.
§ Melindungi
pemegang saham lama dari nilai yang merosot. Misalnya pemegang saham lama
mempunyai 51% pemilikan dari 10.000 lembar saham yang beredar. Harga pasar
perlembar misalnya Rp15.000,-. Total nilai pasar perusahaan adalah sebesar
Rp150.000.000,- (10.000 x Rp15.000,-). Jika tambahan saham baru sebesar 2.500
lembar dijual dengan harga di bawah harga pasar, misalnya Rp12.000,- perlembar,
maka nilai saham lama akan turun. Dengan menjual saham baru, perusahaan dapat
tamabahan dana sebesar Rp30.000.000,- (2.500 x Rp12.000,-). Total nilai pasar
perusahaan setelah menjual saham baru adalah Rp180.000.000,- (Rp150.000.000,- +
Rp30.000.000,-) dengan jumlah saham yang beredar sebesar 12.500 lembar (10.000
+ 2.500). setelah tambahan saham baru nilai pasar per lembar saham turun
menjadi Rp14.400,- (Rp180.000.000,- / 12.500) dari nilai awalnya sebesar
Rp15.000,- sebagai berikut:
|
Jumlah
Saham
|
Nilai
Pasar per lembar
|
Total
Nilai Pasar Perusahaan
|
Sebelum
Tambahan Saham Baru
|
10.000
|
Rp15.000,-
|
Rp150.000.000,-
|
Tambahan
Saham Baru
|
2.500
|
Rp12.000,-
|
Rp
30.000.000,-
|
Setelah
Tambahan Saham Baru
|
12.500
|
Rp14.400,-
|
Rp180.000.000,-
|
Akibatnya,
pemegang saham lama akan mengalami kerugian nilai harga saham sebesar Rp600,-
per lembar (Rp15.000,- - Rp14.400,-) dan menguntungkan pembeli saham baru
sebsar Rp2.400,- per lembar (Rp14.400,- - Rp12.000,-). Dengan demikian menjual
saham baru di bawah harga pasar akan menurunkan nilai saham pemilik lama dan
menaikkan harga saham pembeli baru atau akan mengakibatkan transper kekayaan
dar pemegang saham lama ke pembeli baru. Hak premtif dimaksudkan untuk mencagah
hal ini.
± Jenis-Jenis
Saham Biasa
1. Blue
Chip-Stock (saham unggulan) adalah saham dari peusahaan yang dikenal secara
nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang
berkualitas. Contohnya saham IBM dan Du Pont.
2. Growth
Stock adalah saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih
tinggi dri rata-rata saham-saham lain dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.
3. Defensive
Stock adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatn, dan
kinerja pasar.
4. Cylical
Stock adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi
semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.
5. Seasonal
Stock adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman.
6. Speculative
Stock adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang
kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negative. Ini
biasanya dipakai untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.
3. Saham
Treasuri
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik
perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli
kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan sebagi
treasuri. Perusahaan emiten membeli kembali saham beredar sebagai saham
treasuri dengan alasan-alasan berikut ini:
a. Akan
digunakan dan diberikan kepada menejer-menejer atau karyawan di dalam
perusahaan sebagai bonus dan kompensasi dalam bentuk saham.
b. Meningkatkan
volume perdagangan di pasar modal dengan harapan meningkatkan nilai pasarnya.
c. Menambahkan
jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan menguasai perusahaan lain.
d. Mengurangi
jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikkan laba per lembarnya.
e. Alasan
khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga dapat
mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai jumlah saham secara
mayoritas dalam rangka pengambilan alih tidak bersahabat (hostile
takeover).
C. Nilai
Yang Berhubungan Dengan Saham
1. Nilai
Buku dan Nilai-Nilai Lain Yang Berhubungan
Nilai
buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten.Untuk menghitung
nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu
diketahui.Nilai-nilai ini adalah nilai nominal (par value), agio saham
(additional paid in capital atau in excess of par value), nilai modal yang
disetor (paid-in capital) dan laba yang ditahan (retained earnings).
a. Nilai
Nominal
Nilai
nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan
untuk tiap-tiap lembar saham.Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk
kaitannya dengan hukum.Nilai nominal ini merupakan modal perlembar yang secara
hukum harus ditahan diperusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak
dapat diambil oleh pemegang saham (Kieso dan Weygandt, 1996, hal. 576).Jika
tidak ada nilai yang ditetapkan, maka yang dianggap sebagai modal secara hukum
adalah semua penerimaan bersih (proceed) yang diterima oleh emiten pada waktu
mengeluarkan saham bersangkutan.
b. Agio
Saham
Agio
saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) merupakan
selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal
sahamnya. Misalnya nilai nominal saham biasa per lembar adalah Rp 5.000,- dan
saham ini dijual sebesar Rp 8.000,- per lembar, maka agio saham per lembar
adalah sebesar Rp 3.000,-. Agio saham ditampilkan di neraca dalam nilai
totalnya yaitu agio per lembar dikalikan dengan lembar yang dijual.
c. Nilai
Modal Disetor
Nilai
modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang
saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau
dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai
nominal ditambah dengan agio saham. Jika perusahaan mengeluarkan dua kelas
saham yaitu saham preferen dan saham biasa, saham preferen disajikan terlebih
dahulu diikuti oleh saham biasa di neraca untuk menunjukan urutan haknya.
d. Laba
Ditahan
Laba
ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada saham.
Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber
dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca menambah total laba
yang disetor. Karena laba ditahan ini pemilik pemegang saham yang berupa
keuntungan tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik
saham dineraca.
e.
Nilai Buku
Nilai
buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net asset) yang
dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva
bersih adalah sama dengan total ekuitas
pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi
dengan jumlah saham yang beredar :
Jika
perusahaan mempunyai dua macam kelas saham yaitu saham preferen dan saham
biasa, maka prhitungan nilai buku per lembar untuk masing-masing kelas saham
ini lebih rumit dibandingkan jika hanya mempunyai saham biasa saja. Perhitungan
nilai buku per lembar saham untuk dua macam kelas saham adalah sebagai berikut
ini :
1. Hitung
nilai ekuitas Saham preferen
Nilai
ekuitas dihitung dengan mengalikan nilai tebus (call price) ditambah dengan
dividen yang di arrears dengan lembar saham preferen yang beredar.Jika nilai
tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan.Di dalam perhitungan
ini, agio saham untuk saham pereferen tidak dimasukkan, karena pemegang saham preferen
tidak mempunyai hak untuk agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai ekuitas
saham biasa.
2. Hitung
nilai ekuitas saham biasa
Nilai
ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan nilai
ekuitas saham preferen.
3.
Nilai buku saham biasa dihitung dengan
membagi nilai ekuitas saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang
beredar.
Lihat
contoh 5.2, 5.4 dan contoh 5.5 untuk ilustrasi perhitungan nilai buku saham
biasa jika perusahaan juga mengeluarkan saham preferen.
Contoh
5.1 :
Suatu perusahaan mengotorisasi untuk menerbitkan
saham biasa sebanyak 1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 5.000,-. Pada
tanggal 18 Februari tahun ini, perusahaan mengeluarkan sebanyak 800.000 lembar
saham biasa dengan harga Rp 8.000,- per lembar. Dari saham biasa ini perusahaan
mendapatkan kas sebesar Rp 6.400.000.000,- (800.000 x Rp 8.000,-) yang terdiri
dari :
Modal
saham biasa 800.000 x Rp
5.000,- = Rp 4.000.000.000,-
Agio
saham biasa 800.000 x
Rp 3.000,- = Rp
2.400.000.000,-
Total Kas Diterima =
Rp 6.400.000.000,-
Pada
tanggal 17 November tahun ini, perusahaan membeli balik saham biasa yang
beredear sebagia saham treasuri sebanyak 100.000 lembar dengan harga pasar Rp 15.000,-. Nilai total saham treasuri
adalah :
Saham treasuri = 100.000 x Rp 15.000,-
=
Rp 1.500.000.000,-
Selanjutnya
pada tanggal 5 Desember tahun ini, sebanyak 20.000 lembar saham treasuri dijual
kembali dengan harga Rp 17.500,- per lembarnya. Dari penjualan saham treasuri
ini perusahaan mendapatkan kas sebesar Rp 350.000.000,- (20.000 x Rp 17.500,-)
yang terdiri dari :
Modal
saham Treasuri 20.000 x Rp
15.000,- = Rp 300.000.000,-
Agio
saham Treasuri 20.000 x Rp
2.500,- = Rp 50.000.000,-
Total
Kas diterima =
Rp 350.000.000,-
Pada
tanggal neraca yaitu 31 Desember tahun ini, posisi saham treasuri perusahaan
adalah sebanyak 80.000 lembar (100.000 lembar pada tanggal 17 November dan
dijual 20.000 lembar pada tanggal 5 Desember). Nilai dari saham treasuri ini
adalah sebesar Rp 1.200.000.000,- ( Rp1.500.000.000,- - Rp 300.000.000,-). Saham treasuri ini
adalah milik perusahaan, bukan milik pemegang saham biasa, sehingga akan
mengurangi total nilai ekuitas. Misalnya laba ditahan untuk akhir tahun ini
adalah sebesar Rp 550.000.000,- , maka penyajiannya ekuitas yang nampak
dineraca adalah sebagai berikut ini :
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Modal Disetor :
Modal Saham
Saham
biasa nominal Rp 5.000,- diotorisasi
Sebanyak
1.000.000 lembar 800.000
Dikeluarkan
dengan harga Rp 8.000,- dan Rp
4.000.000.000,-
720.000 beredar
Total Modal Saham Rp
4.000.000.000,-
Tambahan modal disetor
:
Agio Saham biasa
Agio saham Treasuri Rp 2.400.000.000,-
Total
Tambahan Modal Disetor Rp 50.000.000,-
Rp
2.450.000.000,-
Total Modal Disetor Rp
6.450.000.000,-
Laba
Ditahan Rp 550.000.000,-
Total modal
disetor dan laba ditahan Rp
7.000.000.000,-
Dikurangi
: Saham Treasuri (80.000 Ib) (Rp 1.200.000.000,-)
TOTAL EKUITAS Rp
5.800.000.000,-
Contoh
5.2 :
Dari contoh 5.1, jumlah saham biasa yang beredar
pada tanggal neraca adalah sebanyak :
Tanggal 18 Februari
dijual sebanyak 800.000
lembar
Tanggal
17 November membeli balik sebanyak 100.000 lembar -
Jumlah
saham biasa beredar 700.000
lembar
Tanggal
5 Desember dijual kembali sebanyak
20.000 lembar +
Jumlah
saham beredar akhir tahun 720.000
lembar
Nilai
total ekuitas pada akhir tahun adalah Rp 5.800.000.000,-. Karena perusahaan
hanya mempunyai sebuah kelas saham saja, yaitu saham biasa, maka nilai buku per
lembar saham biasa ini dapat dihitung sebesar Rp 8.065,- (5.800.000.000,-
dibagi dengan 720.000).
Contoh 5.3 :
sama
dengan contoh 5.1, tetapi perusahaan juga mengeluarkan saham preferen. Pada
tahun ini, sebanyak 100.000 lembar saham preferen dengan nilai nomonalnya
sebesar Rp 10.000,- dan dividen dibayar kumulatif sebesar 7% telah diotorisasi.
Sebanyak 80.000 lembar diantaranya telah beredar dengan nilai jualnya sebesar
Rp 15.000,- per lembar. Dari penjualan saham preferen ini peerusahaan
mendapatkan kas sebesar Rp 1.200.000.000,- (80.000 x Rp 15.000,-) yang terdiri
dari :
Modal saham preferen 80.000 x Rp 10.000,- =
Rp 800.000.000,-
Agio
saham preferen 80.000 x Rp
5.000,- = Rp 400.000.000,-
Total Kas Diterima =
Rp 1.200.000.000,-
Penyajiannya
ekuitas untuk saham preferen dan saham biasa yang nampak dineraca adalah
sebagai berikut ini.
Penyajiannya
Ekuitas Saham Preferen dan Saham biasa di Neraca.
EKUITAS
PEMEGANG SAHAM
Modal
Disetor
Modal
saham
7% saham preferen, nominal Rp
10.000, kumulatif 100.000
Diotorisasi dan 80.000 dikeluarkan
dan beredar Rp
800.000.000,-
Saham biasa, nominal Rp 5.000,-
diotorisasi sebanyak
1.000.000
lembar, 800.000 Rp4.000.000.000,-
Dikeluarkan dan 720.000 beredar Rp4.800.000.000,-
Total
modal saham
Tambahan
modal disetor
Agio
saham Preferen Rp
400.000.000,-
Agio
saham biasa Rp
2.400.000.000,-
Agio
saham Treasuri Rp
50.000.000,-
Total
tambahan modal disetor Rp2.850.000.000,-
Total
modal disetor Rp7.650.000.000,-
Laba
ditahan Rp 550.000.000,-
Total
modal disetor dan laba ditahan Rp8.200.000.000,-
Dikurangi
: saham Treasuri (80.000 Ib) (Rp1.200.000.000)
TOTAL
EKUITAS Rp7.000.000.000,-
Contoh 5.4 :
Misalnya
lamannya deviden untk saham preferen yang berada di arrears adalah 1 tahun.
Nilai ekuitas dari saham preferen adalah sebagai berikut ini :
Nilai
nominal saham prefern ( 80.000 ) lembar
Saham preferen yang beredar
dikalikan Rp 10.000;) Rp
800.000.000;
Dividen
in arrears ( 80.000 x 7% x Rp 10.000; ) Rp
56.000.000;
Ekuitas
saham preferen Rp
856.000.000;
Nilai
buku saham biasa adalah sebesar Rp 8.533; per lembarnya ( Rp 7.000.000.000; -
Rp 856.000.000; dibagi dengan 720.000 lembar saham biasa yang beredar).
Contoh 5.5 :
Jika
nilai tebus dari saham preferen disebutkan, maka nilai ekuitas saham preferen
ini dihitung berdasarkan nilai tebusnya ( call price ) bukannya menggunakan
nilai nominalnya. Misalnya nilai tebusnya adalah sebesar Rp 12.500; per lembar,
maka nilai ekuitas saham preferen adalah sebesar :
Nilai
tebus saham preferen
(80.000
lembar saham preferen yang beredar dikalikan Rp 12.500;) Rp 1.000.000.000;
Dideviden
in arrears
( 8.000 x 7% x Rp 10.000; ) Rp
56,000.000;
Equitas
saham preferen Rp
1.056000.000;
Maka
nilai buku saham biasa adalah sebesar Rp 8.256; per lembarnya ( Rp
7.000.000.000; - Rp 1.056.000.000; dibagi dengan 720.000 lembar saham biasa
yang beredar).
2. Nilai
Pasar
Nilai
pasar merupakan nilai saham dipasar saham. Nilai Pasar ( market value ) berbeda
dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai buku yang dicatat pada saat
saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi
di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.Nilai pasar
ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar busa.
3. Nilai
Intrinsik
Nilai
instrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Dua macam analisis yang
banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis
sekuritas fundamental ( fundamental security analysis ) atau analisis
perusahaan ( company analysis ) dan analisis teknis ( technical analysis ).
Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari
keuangan perusahaan.Misal : laba, deviden yang dibayar, penjualan dll )
sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham. Misal : harga dan
volume transaksi saham untuk menentukan nilai dari saham.
± Pendekatan
Nilai Sekarang
Pendekatan nilai sekarang disebut juga
metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan
proses kapitalisasi nilai- nilai masa depan yang di diskontokan menjadi nilai
sekarang, jika investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari
prospek perusahaan tersebut dimasa mendatang dan prospek ini merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas dimasa depan, maka nilai
perusahaan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontoka nilai-nilai arus kas
/ cash flow dimasa depan menjadi nilai sekarang sebagai berikut :
Notasi
:
Po* : nilai sekarang dari perusahaan (Value Of
The Firm)
t : periode waktu ke t dari t=1 sampai
dengan
k : suku bunga diskonto (discount rate)
atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return)
Model diskonto dividen merupakan model
untuk menghitung nilai intrinsic saham dengan mendiskontokan arus dividen masa
depan ke nilai sekarang. Model diskonto dividen (dividend discount model) untuk
menghitung nilai intrinsic saham adalah sebagai berikut:
Notasi
:
: dividen yang dibayarkan untuk periode ke-t
Rumus
diatas dapat juga di tuliskan sebagai berikut :
Contoh
:
Misalnya
suatu perusahaan membayar deviden selama 5 periode sebagai berikut :
Periode ke-t
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Rp 1.000,-
|
Rp 1.500,-
|
Rp 0
|
Rp 750,-
|
Rp 2.100,-
|
Di
asumsikan bahwa tingkat bunga diskonto adalah konstan sebesar 20% tiap
periodenya, maka nilai intrinsic saham ini per lembarnya adalah sebesar:
± Pendekatan
PER
Alternative selain menggunakan arus kas
atau arus deviden dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsic saham
adalah meggunakan nilai laba perusahaan ( earnings ) salah satu pendekatan yang
popular menggunakan nilai earnings untuk mengestimasi nilai instrinsik adalah
pendekatan PER ( price earnings ratio ) atau pendekatan earnings multiplier.
Ratio ini menunjukan beberapa besar investor menilai harga dari saham terhadap
kelipatan dari earnings.Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukan bahwa
harga saham merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan. Misalnya
earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan
dalam bentuk deviden, maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi
pembelian saham akan kembali selama 5 tahun.
Adapun
Rumus PER adalah :
Keterangan
:
PER
: Price Earning Ratio
MPS
: Market Price Pershare
EPS
: Earning Pershare
Contoh
:
Harga
pasar dari suatu saham adalah sebesar Rp 20.000,-. Laba bersih yang diperoleh
perusahaan diperkirakan konstan dari tahun ke tahun sebesar Rp 5.000 per
lembarnya pertahun. Besarnya PER adalah :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saham
adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.
Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham antara lain Nilai buku (book
value), Nilai pasar (market value) dan nilai instrinsik (instrinsic value).Nilai
pasar dan nilai instrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana
yang murah, tepat nilainya atau yang mahal.Nilai instrinsik merupakan nilai
sebenarnya dari perusahaan. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai
instrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga murah
(undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang
seharusnya dia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai
instrinsiknya menunjukan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal
(overvalued).
DAFTAR
PUSTAKA
Hartono, Jogiyanto. 2013. TEORI PORTOFOLIO dan ANALISIS INVESTASI
EDISI KETUJUH. BPFE: Yogyakarta.
Terimakasih banyak pengetahuannya
BalasHapusPenarikan paling Tercepat di DetikTrade
BalasHapusKamu bisa Trading dengan minimal Deposit Rp. 50.000 mengunakan bank lokal
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Kelebihan bertransaksi di DetikTrade
1. DetikTrade memberikan Bonus Deposit awal 10%** T&C Applied
2. Minimal Deposit Rp. 50.000,- menggunakan Bank lokal
3. Teregulasi di FCA UK
4. Perusahaan berdiri sejak 2017 telah mengalami perubahan platform lengkap dengan fitur2 analis dan teknikal trading
5. Deposit dapat dilakukan menggunakan BANK LOKAL BCA, BNI, BRI dan Mandiri
6. Anda juga dapat uang tambahan dari Bonus Referral 1% dari hasil profit tanpa turnover
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Segera bergabung dan rasakan pengalaman trading yang light, kunjungi website kami www.detiktrade.com
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
WA : 087752543745
lengkap sekali infonya kak
BalasHapusbomag