Jumat, 30 Oktober 2015

PENGUJIAN EFISIENSI PASAR

PENGUJIAN EFISIENSI PASAR

Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Teori Portofolio dan Analisis Investasi

Dosen pengampu :
Dr. Kertati Sumekar, SE. MM
Dian Wismar’ein, SE. MM


Disusun oleh :
Kelompok 10 V.C
1.     Eka Neta Putri                                    2012-11-277
2.     Shobirin                                   2012-11-286
3.     M. Choirudin                          2012-11-287
4.     Nila Fadhilah                          2012-11-288
5.     Erli Supriyani                          2012-11-280

 



PROGDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2014
1.1.PENDAHULUAN
Ide dari pengujian pasar yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis yang disebut dengan hipotesis pasar efisien (HPE) atau efficient market hypotesis (EMH). Untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis ini, maka perlu dilakukan pengujian secara empiris untuk masing-masing bentuk efisiensi pasar.
Fama (1970) Pengujian efisiensi pasar merupakan ide dari pengujian yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis. Untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis maka perlu dilakukan pengujian secara empiris untuk masing – masing bentuk efisiensi pasar.
Tiga kategori bentuk – bentuk efisiensi pasar menurut Fama (1970)
1.      Pengujian – pengujian bentuk lemah ( Weak-form tests  )
Yaitu seberapa kuatinformasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan.
2.      Pengujian – pengujian bentuk setengah kuat ( semi-strong-from test).
Yaitu seerapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang dipublikasikan.
3.      Pengujian – pengujian bentuk kuat ( Strong-from test).
Untuk menjawab pertanyaan apakah investor mempunyai informasi privat yang tidak terefleksi di harga sekuritas.
Di artikel selanjutnya, Fama (1991) Ketiga kategori bentuk – bentuk pasar diubah, nama-nama yang diusulkan
1.      Pengujian – pengujian efisiensi pasar bentuk lemah diganti menjadi pengujian – pengujian terhadap pendugaan retutrn (tests for return predictability).
2.      Pengujian _ pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat diubah menjadi studi – studi peristiwa (Event studies).
3.      Pengujian – pengujian efisiensi pasar bentuk kuat diusulkan menjadi pengujian – pengujian terhadap informsi privat (tests for private information).





1.2. PENGUJIAN – PENGUJIAN PENDUGAAN RETURN
Sebelum tahun 1970, pengujian fisiensi pasar bentuk lemah difokuskan pada harga masa lalu. Jika HPE (Hipotesis Pasar Efisien) benar maka peubahan harga masa lalu tidak berhubungan dengan harga sekuritas sekarang, sehingga tidak dapat memprediksikan harga atau return dari sekuritas. Hipotesis untuk menguji bentuk lemah ini berhubungan dengan hipotesis langkah acak ramdom walk hypotesis). Jika harga mengikuti pola langkah acak maka perubahan harga dari waktu ke waktu sehingga perubahan harga hari ini tidak ada hubunganya dengan perubahan harga kemarilumnyan atau hari-hari sebelumnya.
Setelah tahun 1970, pengujian efisiensi pasar bentuk lemah tidak hanya difokuskan pada harga masa lalu untuk memprediksi harga sekarang atau masa depan, tetapi juga melibatkan variabel – variabel lainya, variabel yang digunakan diantaranya adlah divident yield, rasio P/E, suku bunga, dsb.
Pengujian efisiensi pasar bentuk lemah dapat dilakukan dengan cara pengujian statistik atau dengan cara pengujian menggunakan aturan-aturan perdagangan teknis (technical tradingrules)

1.2.1.      Pengujian Statisik
Pengujian statistik dapat dilakukan dengan menguji independen dari perubahan-perubahan harga sekuritas. Jika hasil pengujian menunjukan harga maka implikasinya adalah investor tidak dapat menggunakan nilai masa lalu dari variabel penduga (harga, return, dividen yield, rasio P/E atau suku bunga) untuk memprediksi harga atau return sekarang. Untuk pasar yang efisien secara bentuk lemah perubahan harga sekuritasnya adalah independen dari harga masa lalu variabel-variabel penduga.
Pengujian statistik yang banyak dilakukan untuk pengujian independen adalah pengujian variabel dengan menggunakan korelasi sireal atau regresi linier dan pengujiann run (run test).


Pengujian Menggunakan Korelasi Dan Regresi Linier
Pengujian pasar efisiensi bentuk lemah ini dilakukan ntuk menguji tidak adanya hubungan dengan harga atau return sekuritas masa lalu dengan harga atau return sekarang atau mendatang. Pengujian ini sulit alasanya adalah harga atau return skuritas masa lalu yang mana akan digunakan untuk memprediksi harga atau return sekuritas yang akan datang. Harga atau return tahun kemarin, dua tahun yang lalu, tiga tahun yang lalu atau harga atau return  minggu kemarin, dua hari yang lalu dan setrusnya.  Misalnya suatu studi menggunaan data harga tahun kemarin untuk memprediksi harga tahun sekarang dan menemukan bukti tidak ada hubungan secara statistik. Pernyataan apakah hasil ini dapat digunakan pasar sudah efisien secara lemah, padahal kemungkinan lain misalnya jikia harga dua tahun kemarin digunakan mungkin akan didapatkan hubungan dengan sekuritas tahun ini.
∆Pt = β0 + β1 • Pt-1-T+ et                                                                                                                         (1-1)
Model untuk memprediksi perubahan harga periode sekarang deengan menggunakan harga periode kemarin

Notasi:
∆Pt       = Pt – Pt-1
∆Pt-1     = Pt-1-T – Pt-2-T
Di persamaan (1-1)
Koefisien β0 : mengukur perubahan harga yang di ekpektasi dan yang tidak berhubungan dengan perubahan harga periode lalu.
Koefisien β1 : mengukur hubungan antara perubahan harga antara periode lalu dengan perubahan harga peeriode selanjutnya.
Jika  T=0,  maka hubungan perubahan harga adalah antara periode ke-t dengan t-1 adalah :
                        ∆Pt = β0 + β1 • ∆Pt-1 + et
Atau
                        ( Pt – Pt-1) = β0 + β1 • ( Pt-1-T – Pt-2-T )+et
Untuk T=1, maka hubungan periode harga adalah antara periode ke-t dengan periode ke t-2 adalah
                        ∆Pt = β0 + β1 • ∆Pt-2 + et
Dan seterusnya untuk nilai T=2 dan selanjutnya
Di dalam penerapanya, beberapa peneliti menggunakan pengukuran perubahan harga yang bervariasi. Beberapa peneliti menggunakan return yaitu perubahan harga relatif terhadap harga periode lalu dan juga memasukan nilai dividen ke dalamnya sebagai berikut
                                                        (1-2)
 



                                                                       (1-3)
Peneliti lainya juga menggunaan logaritma dari return relatif.


Hubungan linier antara dua periode perubahan harga ini dapat diestimasi dengan menggunakan koefisien korelasi atau dengan menggunakan teknik regresi. Cootner (1974) misalnya menggunakan 45 perusahaan yang tercatat di NYSE. Dia menggunakan pengukuran logaritma return relatif periode  seminggu sebelumnya dan 14 minggu sebelumnya adalah sebesar -0,047 dan 0,131. Fama (1965) dengan pengukuran yang sama dan menggunakan 30 perusahaan di NYSE mendapatkan nilai-nilai korelasi sebesar 0,026, -0,039, -0,053, -0,57 berturut-turut untuk interval 1 hari, 4 hari, 9 hari dan 16 hari. Hasil empiris ini menunjukan bahwa pasar modal NYSE adalah sudah efisien dalam bentuk lemah, karena korelasi antara perubahan harga antar periode tidak signifikan yang menunjukan adanya independensi harga sekuritas dari satu periode ke periode yang lain.




Pengujian Run
Run adalah urutan tanda yang sama dari perubahan-perubahan  nilai. Misalnya harga perubahan sekuritas yang meningkat diberi tanda positif  (+), perubahan yang turun diberi tanda negatif (-), dan harga sekuritas yang tidak berubah diberi tanda nol (0). Perubahan-perubahan harga sekuritas sebagai berikut: +++00+----- terdiri dari 4 runtun, yaitu untun pertama berupa tiga perubahan dengan positif yang sama (+++), runtun kedua dengan perubahan bentuk nol yang sama (00), runtun ketuga berupa satu perubahan bentk positif yang sama (+) dan runtun keempat berupa lma perubahan bentuk negatif yang sama (-----).
Jika perubahan harga sekuritas berkorelasi secara positif dari waktu ke waktu, maka diharapkan akan terjadi sedikit perubahan tanda atau akan terjadi runtun yang sedikit. Sebaliknya jika perubahan harga sekuritas berkorelasi secara negatif dari waktu ke waktu,  maka akan banyak terjadi perubahan tanda dari negatif ke positif, atau dari positif ke negatif, atau akan terjadi banya runtun.
                                                                                                                         (1-4)

Pengujian runtun telah dilakukan oleh fama(1965) dan juga Ball(1972), Fama menguji runtun perubahan harga saham, sedangkan Ball dan Watts menguji runtun perubahan akuntansi. Ball dan Watts hanya melihat runtun perubahan akuntansi “+” dan “-.” Jika perubahan runtun sifatnya adalah acak, maka jumlah runtun yang diharapkan adalah sebesar :


Notasi:
=          jumlah runtun
N1          =          jumlah perubahan “+”.
N2          =          jumlah perubahan “-” .
N         =          jumlah dari perubahan atau sebesar N1+N2
                                                                               1-5

Deviasi standar dari jumlah runtun adalah sebesar


Nilai Z-hitung adalah sebesar :
                                                                                                      1-6


 



Notasi:
NR = jumlah sesungguhnya dari seluruh return
Jika nilai z ihitung signifikan, berarti perubahan laba tersebut adalah acak. Sebaliknya jika nilai z dihitung tidak signifikan berarti perubahan tersebut tidak acak atau tidak mendukung hipotesis pasar efisien bentuk lemah.
Contoh 1.1:
Runtun perubahan laba akuntansi untuk suatu perusahaan selama 20 periode adalah sebagai berikut:
++--++-+++--+++--+++
Jumlah dari perubahan harga laba yang positif  (N1) adalah sebanyak 13 buah dan jumlah dari perubahan laba yang negatif (N2) adlah sebanyak 7 buah, jumlah seluruh perubahan laba (N) adalah sebanyak 20 buah. Dengan menggunakan rumus (1-4) jumlah runtun ekspektasian adalah sebagai berikut:
            = 10,1
Dengan deviasi standar sebesar :
       = 1,87
Jumlah runtun sesungguhnya  yang terjadi (NR) adalah sebanyak sembilan runtun, yaitu ++, --, ++, -, +++, --,+++. – dan +++. Pertanyaanya adalah apakah jumlah rntun sesungguhnya ini (yaitu sebanyak 9 buah) secara signifikan menyimpang dari yang diekspektasikan (yaitu sebanyak 10,1). Untuk mengetahui hal ini maka perlu dilakukan pengujian secara statistik sebagai berikut :

    = -0,58824
Hasil dari Z hitung adalah tidak signifikan, menunjukan bahwa runtun perubahan laba tersebut sifatnya adalah tidak acak
Pengujian cyclical
Adalah pola lain yang terjadi ketika paar tidak efisien  atau bentu lemah. Misalnya
a.  French (1980)
Return hari senin lebih rendah dengan hari-hri lainya dalam satu minggu, ini berarti return sekuritas mempunyai pola siklikal dengan return terendah dihari senin.
b. Gibbons dan Hens (1981)
Menemukan hal yang sama ditemukan oleh french, return yang digunakan adalah raw return. Gibbon dan hess menggunakan abnormal retun yang digihtung menggunakan risk-adjustedreturn (lihat bab 1.3.1)
c.  Rozeff dan kinney (1976)
Return pada bulan januari lebih besar dari pada return-return pada bulan lainya. Return yang digunaan raw return. Ketika menggunakan model abnormal return efek januari menjadi hilang.


1.2.2. Pengujian secara Aturan Perdagangan Teknis
Untuk pasar yang tidak efisien bentuk lemah, pergerakan return atau harga sekuritas dari waktu ke waktu dapat mempunyai pola yang tertentu. Jika memang pola yang seperti ini terjadi maka investor dapat menggunakan sebagai strategi perdagangan untuk mendapatkan keuntungan berlebihan. Salah satu strategi memanfaatkan pola perubahan harga sekuritas ini adalah strategi aturan saringan (filter rule)
Strategi saringan ini merupakan strategi waktu yaitu strategi tentang kapan investor harus membeli atau menjual suatu sekuritas. Dengan strategi ini investor akan membeli sekuritas jika harga dari sekuritas meningkat melebihi batas atas yang sudah ditentukan dan menjual jika harga turun lrbih rendah dari batas bawah yang sudah ditentukan
harga sekuritas
         
                                                                                    batas harga atas
                                                                        
                                                                                    batas harga bawah

                                                                                    waktu
                                                                        t*
gambar 1.1batas membeli atau menjual saham
          di gambar 1.1. terlihat bahwa harga sekuritas sampai wakti t* berada di batas atas dan batas bawah yang sudah ditentukan. Strategi yang menguunakan investor untu membeli sekuritas tersebut pada saat waktu ke t* alasanya adlah jika harga sekuritas sudah memecah dan memulai menembus batas atasnya, kemungkinan besar harga sekuritas ini akan meningkat.
Sekuritas untuk harga atas dan harga bawah harus ditentukan sebesar nilai absolut atau nilai relatif terhadap harga sebelumnya. Misalnya :
Harga sekuritas masih dalam keadaan wajar jika harga berada diantara Rp. 10.000,- sampai Rp. 18.000,-. Harga Rp. 10.000,- dan harga Rp. 18.000 merupakan nilai absolut bahwa harga dan batas atas harga yang ditentukan.
Misalnya ditentukan presentase untuk beli 25% dan untuk jual 40%. Jika harga sekuritas terendah sebelumnya adalah sebesar Rp. 8.000,-, maka order untuk membeli sekuritas ini dilakukan jika harga sekuritas sudah menjadi sebesar Rp. 10.000,-, yaitu sebesar Rp. 8.000,- + 25% x Rp. 8.000,-, sebaliknya jika harga sekuritas tertinggi yang pernah terjadi dalah suatu bperiode adalah sebesar Rp. 12.000,- maka order akan menjual sekuritas akan dilakukan jika harga sekuritas menembus harga Rp. 7.500,-, yaitu sebesar Rp12.000,- -40% x Rp.12.000,-

1.3.STUDY PERISTIWA
          Study peristiwa merupakan Study yang mempelajari reksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa ini digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat.
          Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar untuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujin kandungan informasi dimaksutkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat di ukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Begitupun sebaliknya.

Peristiwa
Reaksi pasar terhadap
Kandungan informasi
Hasil

Ada
Abnormal return
Pengumuman peristiwa
TIDAK ADA KANDUNAGAN INFORMASI

ADA KANDUNAGAN INFORMASI
Tidak ada
Abnormal return

 







Gambar 1.2.
Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi terhadap pasar, tetapi tidakmenguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyeraap informasi untuk diumumkan, maka pengujian ini pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan pengujian efisiensi setengah kuat jika investor bereasi secara cepat untuk menyerap abnormal returnuntuk menuju harga keseimbangan yang baru.
Bagaimana jika pengumuman peristiwa tidak menimblkan abnormal return? Ada yang menyimpulkan bahwa pasar efisien setengah kuat bentuk informasi. Alasanya adalah investor tidak mendpatkan keuntungan luar biasa yang merugikan orang lain. Alasan lainya adalah sebenarnya terjadi abnormal return, tetapi abnormal return ini diserap dengan sangat cepat.
Kesimpulan lainya menolak pasar efisiensi jika tidak terjadi abnormal return. Alasanya adalah jika suat pengumuman tidak mengandung informasi. Bagaimana dapat disimpulkan semudah itu bahwa pasar adalah efisiensi setengah kuat bentuk informasi. Tidak menimbulkan abnormal return berarti investor tidak bereaksi..




Peristiwa
Kandungan informasi
Kecepatan reaksi
Efisiensi pasar secara informasi
Pengu-muman peristiwa
Lama dan berkepan-jangan
Tidak ada
Abnormal return

Ada
Abnormal return
Tidak Efisien

Tidak Terjawab

Efisien
Cepat









Gambar 1.3. Efisiensi pasar secara informasi
          Efisiensi pasar secara informasi adalah efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang hanya ditinjau dari informasi yang dipublikasikan. Pengujian ini tidak memperhatikan dari kecanggihan dari perilaku pasar didalam menginterprestasikan dan menganalisis informasi lebih lanjut. Pelaku pasar yang canggih akan membedakan antara nilai ekonomis dan nilai yang bukan ekonomis dan akan menganalisis lebih dalam informasi yang diterima supaya tidak dibodohi oleh pasar

Peristiwa
Pengujian Kandungan Informasi
Pengujian Efisiensi Secara Informasi
Pengujian Efisiensi Pasar Secara Keputusan

Reksi Pasar
Kecepatan Reaksi
Nilai Ekonomis
Kecepatan Reaksi
Efisiensi pasar secara  keputusan
Ada
Abnormal return
Tidak Ada
Abnormal return

Cepat
Lama dan berkepan-jangan
Tidak Bernilai ekonomis

Bernilai ekonomis
Tidak Bernilai ekonomis

Bernilai ekonomis

Reaksi benar

Reaksi salah


Reaksi salah


Reaksi salah

TIDAK EFISIEN
TIDAK EFISIEN

TIDAK EFISIEN

EFISIEN

TIDAK EFISIEN

EFISIEN
Reaksi benar












Gambar 1.4.Efisiensi pasar secara informasi dan secara kepuasan
Gambar 1.4. menunjukan bahwa efisiensi pasar secara keputusan lebih tinggi tingkatanya dibandingkan dengan efisiensi pasar secara informasi. Ini berarti pasar efisien bentuk setengah kuat secara informasi belum tentu efisien secara keputusan. Paa gambar 1.4. akan melibatkan empat buah faktor, yaitu : (1) abnormal return, (2) kecepatan reaksi, (3) nilai ekonomis, (4)ketepatan reaksi.

1.3.1. Hasil Empiris Studi Peristiwa
          Beberapa hasil empiris dari studi peristiwa yang dilakukan diantaranya adalah studi tentang pemecahan saham (Stock spilit), penawaran perdana (initial publik offering), pengumuman deviden (dividend announcemen) dan tentang invormation)
Pemecahan Saham (Stok split)
Stock Split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham.
Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi berubah tetap dilain pihak jumlah lebar saham yang beredar akan bertambah. Oleh karena itu jumlah nilai pari atau nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak mengalami perubahan.
Kenapa ada STOCK SPLIT ?
Salah satu alasan perseroan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga sahamnya. karna kalau harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor terhadap saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang bersangkutan.
Stock Split yang dilakukan perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua(two for one stock) dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham setiap lembar yang dipegang sebelumnya, nilai saham baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi tiga (three for one stock). Pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu saham yang dimiliki sebelumnya, nilai saham baru adalah sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.
Sebagai contoh :
Perusahaan dengan 100 Lembar saham dengan harga $50 / saham, 
Kapitalisasi pasar adalah 100 x $50 = total $5000
Perusahan stock split  dua untuk satu
Maka jumlah lembar saham menjadi 200 lembar
Harga saham disesuaikan dengan total $5000/200 maka harga lembar saham menjadi $25

Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dilakukan

1.      Split Up (Pemecahan saham naik)
Adalah penurunan naik nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah yang beredar. Misalnya : 
Pemecahan saham dengan faktor 3:1  pada awalnya nilai nominal perlembar saham sebelum melakukan stock split sebesar Rp.1500 maka setelah dilakukan stock Split Up dengan perbandingan 3: 1, nilai nominal perlembar saham baru adalah Rp. 500 sehingga lembar saham awalnya 1 lembar menjadi 3 lembar saham.

2.      Split Down (Pemecahan saham turun)
Adalah peningkatan nilai nominal perlembar saham yang mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar. 
Misalnya :
Split Down dengan faktor 1:3 yang merupakan kebalikan dai split up, awalnya nilai nominal perlembar saham Rp. 1000, kemudian dilakukan Split Down dengan perbandingan 1:3 maka nilai nominal perlembar saham baru adalah Rp. 3000 dan jumlah lembar saham yang aalnya 3 lembar menjadi 1 lembar saham.
Banyak investor percaya bahwa stock split akan menghasilkan harga saham meningkat dan membeli saham akan cenderung meningkat. Orang lain berpendapat bahwa manajemen perusahaan dengan memulai stock split secara implisit merupakan sinyal kepercayaan dalam prospek masa depan perusahaan.

Manfaat Stock Split
Stock split dilakukan oleh perusahaan dengan harapan dapat memberi Manfaat :
1.      Menurunkan harga saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, menimbulkan marketability dan efisiensi pasar.
2.      Mengubah investor odd lot (membeli saham di bawah 500 lembar) menjadi round lot (membeli saham minimal 500 lembar).
3.      Memanfaatkan psikologi investor tentang tingkat keuntungan yang lebih tinggi karena basis harga yang lebih rendah.
4.      Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi.
5.      Mensinyalkan kondisi perusahaan yang bagus.
Penawaran Perdana
          Perusahaan yang pertama kali melemparkan sahamnya ke pasar saham disebut melakukan penawaran perdana. Karena belum pernah tercatat dibursa saham, maka haega sekuritasnya belum diketahui writeryang menjamin pelemparan perdana akan menannggung resiko untuk menjualkan saham ini disebabakan nilai sebenarnya dari sekuritas belum diketahui. Oleh karena itu underwriter cenderung cenderung untuk menjualkanya dengan harga yang murah untuk mengurangi risiko tidak laku dijual. Investor yang dapat kesempatan untguk membeli sekuritas yang undervalued ini akan dapat menikmati abnormal return. Akan tetapi jika pasar sifatnya adalah afisien, abnormal return yang ada hanya terjadi dengan waktu yang cepat dan tidak berkepanjangan. Ini berarti bahwa investor yang membeli beberapa saat setelah pengumuman IPO sudah tidak akan memperoleh abnormal return lagi, karena harga sekuritas sudah mencapai keseimbangan yang baru.
Pengumuman Deviden
Miller dan Modigliani (1961) menunjukan bahwa deviden sifatnya adalah tidak relevan didalam menentukan nilai dalam perusahaan. Watts (1973, 1976), Ang (1975), dan Gonedes (1978) tidak menemukan bukti bahwa dividen mengandung informasi. Akan tetapi hasil studi yang baru lebih mendukung bahwa dividen mengandung informasi.
Beberapa pendekatan telah digunakan untuk menguji informasi dari deviden. Pendekatan yang pertama adalah memasukan variabel deviden ke model laba untuk memprediksi laba masa depan (misalnya adalah Laub, 1976). Deviden mempunyai informasi jika kekuatan prediksi model laba menjadi meningkat. Pendekatan yang kedua adalh menguji hubungan antara variabel deviden dan variabel laba, apakah deviden menyebabkan laba atau laba menyebabkan deviden (misalnya adalah Ang, 1975; Olson dan McCann, 1994). Deviden dianggap membawa informasi jika deviden menyebabkan laba. Pendekatan yang ketiga Didakukan dengan mengamati pergerakan harga sekuritas sekitar pengum,uman dari perubahan deviden yang tidak diekspektasi (unexspected devidend changes). Pendekatan ketiga ini dilakukan dengan melakukan studi peristiwa (event study). Penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan ketiga ini misalnya adalah Watts (1974), Gonedes (1978), Aharony dan swary (1980), Woolridge (1982), Asquith dan Mullins (1983), Healy dan Pelepu (1988), Kane, Lee, dan Marcus (1983), Chang dan Chen (19910 dan Eddy dan Seifert (1992).
Watts (1976) menggunakan sampel sebanyak 310 perusahaan dalam periode 1946-1967 untuk menguji kandungan informasi dari deviden. Dengan menggunakan model ekspektasi deviden oleh Lintner, Watts menemukan nilai abnormal return (dihitung dengan menggunakan model pasar) yang tidak signifikan. Nilai abnormal return  ini tidak melebihi biaya transaksi yang harus ditanggung.
Juga menggunakan model ekspektasi deviden oleh Lintner, Gonedes (1978) membentuk 12 portofolio didasarkan pada kombinasi kesalahan peramalan standarisasi (standardized forecast errors) rendah dan tinggi dari perubahan laba, perubahan deviden kas (cash devidend) dan item-item luar biasa (extraordinary item) dari 285 perusahaan selama periode 1946-1972. Gonedes menemukan bahwa deviden tidak membawa informasi.
Aharony dan Swary (1980) menggunakan model ekspektasi deviden sederhana (neive model) dan model ekspektasi Lintner yang dikembangkan. Karena banyak pengumuman laba yang dekat dengan pengumuman deviden, maka supaya efrk dari pengumuman deviden merupakan efek yang murni tidak tercampur oleh efek pengumuman laba, maka sampel yang mengadung pengumuman laba sekitar 10 hari pengumuman deviden tidak digunakan dalam studi. Sampel mereka adalah deviden kuartalan yang meliputi 149 perusahaan industri yang tercatat di NYSE pada periode 1963-1976. Dengan menggunakan indeks pasar S&P, mereka menghitung abnormal return selama 10 hari di sekitar tanggal pengumuman deviden. Mereka menemukan bahwa pasar bereaksi dalam interval waktu 2 hari saja, yaitu sehari sebelum pengumuman dan sehari pada waktu pengumuman deviden. Hasil, ini menunjukan bahwa deviden mengandung informasi dan pasar cukup efisien dalam bentuk setengah kuat terhadap informasi deviden ini terlihat bahwa pasar menyerap informasi tersebut dengan cepat.

Informasi Akuntansi
Nilai pasar dari perusahaan merupakan bukan nilai sekarang dari aliran-aliran kas masa atang. Jika ini benar maka investor seharusnya menggunakan nilai arus kas untuk menentukan harga dari sekuritas perusahaan bersangkutan. Selain arus kas informasi akuntansi yang lain juga digunakan oleh pasar. Misalnya Hudges (1986) menunjukan bahwa nilai dilaporan keuangan seperti laba bersih perusahaan diangggap sebagai sinyal yang menunjukan nilai dari perusahaan . kadang kala aliran kas dan laba memberikan informasi yang bertentangan yaitu kenaikan laba dapat diikuti oleh penurunan aliran kas dan sebaliknya. Jika ini terjadi informasi aliran kas lebih diyakini mewakili nilai dari perusahaan dibandingkan dengan informasi laba, maka seharusnya investor yang canggih menggunakan informasi aliran kas ini.
          Metode akuntansi persediaan merupakan ilustrasi yang baik untuk menggambarkan dampak perbedaan terhadap informasi arus kas dan informasi laba. Berikut ini merupakan contoh data persediaan suatu barang.
Tanggal Dibeli
Harga Pokok
6/5/97
Rp 100,-
17/11/97
Rp 120,-
13/12/97
Rp 150,-
18/12/97
Rp 200,-
          Harga pokok diatas menunjukan harga pada kondisi ekonomi inflasi, yaitu harga yang selalu meningkat dari waktu ke waktu mulai dari barang masuk awal sebesar Rp 100,- sampai dengan barang yang masuk terakhir sebesar Rp 200,-.
          Pada tanggal 20/2/98, sebuah barang ini dijual dengan harga jual sebesar Rp 250,-. Jika perusahaan menggunakan metode akuntansi persediaan FIFO (First In First Out) , maka asumsinya adalah barang yang dijualadalah barang yang masuk pertama kalinya, yaitu barang yang dibeli pada tanggal 6/5/97 dengan harga pokoknya sebesar Rp 100,-. Sebaliknya jika pwerusahaan menggunakan metode akuntansi persediaan LIFO (Last In First Out, maka asumsinya adalah barang yang dijual adalah barang yang masuk terakhir kalinya, yaitu barang yang dibei pada tanggal 18/12/97 dengan harga pokoknya sebesar Rp 200,- Dengan demikian, untuk metode akuntansi yang berbeda, kemungkinan nilai harga pokok yang berbeda laba dan arus kas yang terjadi sebagai berikut ini.


Metode FIFO
Metode LIFO
Pendapatan
Harga Pokok Penjualan

Laba Kotor Operasi
Pajak (30%)

Laba Bersih

Arus Kas
Rp 250,-
     100,-
---------- -
Rp 150,-
       45,-
----------- -
Rp 105,-

Rp 105,- + Rp 100,-
= Rp 205,-
Rp 250,-
     200,-
----------- -
Rp  50,-
      15,-
----------- -
Rp  35,-

Rp 35,- + Rp 200,-
= Rp 235,-
          Untuk metode FIFO, laba bersih perusahaan (Rp 105,-) lebih besar dibandingkan dengan laba yang menggunakan metode LIFO (Rp 35,-). Hal yang sebaliknya terjadi, yaitu untuk metode FIFO, arus kas perusahaan (Rp 205,-) lebih kecil dibandingkan dengan arus kas yang menggunakan metode LIFO (Rp 235,-). Arus kas dihitung sebesar laba bersih ditambah dengan harga pokok. Nilai harga pokok ditambahkan karena harga pokok ini merupakan aliran kas keluar periode yang lalu, bukan aliran kas keluar periode ini.
          Untuk kondisi ekonomi inflasi, metode FIFO menghasilkan laba bersih lebih besar dibandingkan dengan metode LIFO dan arus kas lebih kecil dibandingkan metode LIFO. Untuk kondisi ekonomi desflasi, hal sebaliknya yang akan terjadi. Ringkasan dari hasil ini tampak sebagai berikut.
Tabel 14.1. Perbandingan Laba Bersih Dan Arus Kas Untuk Metode Persediaan FIFO dan LIFO.

Ekonomi Inflasi
Ekonomi Desflasi
FIFO
LIFO
FIFO
LIFO
Laba Bersih
Arus Kas
Lebih Besar
Lebih Kecil
Lebih Kecil
Lebih Besar
Lebih Kecil
Lebih Besar
Lebih Besar
Lebih Kecil
Hasil ilustrasi ini menunjukan bahwa karena adanya penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk kondisi ekonomi yang berbeda, dapat menyebabkan perbedaan nilai arus kas dan laba yang berbeda dan bertentangan. Hasil ilustrasi yang menunjukan dampak berbeda dari metode akuntansi terhadap laba dan arus kas yang juga seharusnya mempunyai dampak yang berbeda terhadap harga sekuritas jika diyakini laba atau arus kas menentukan harga dari sekuritas.
Ada dua hipotesis yang berhubungan dengan dampak perubahan metode akuntansi yang digunakan. Hipotesis yang pertama disebut dengan “No-effect Hypothesis”. Hipotesis ini menyatakan bahwa tidak ada perubahan harga disebabkan oleh perubahan dari metode atau prosedur akuntansi. Hipotesis yang kedua yang merupakan lawan dari hipotesis pertama dikenal dengan nama “mechanistic hypotesis” atau “monopolistic hypothesis” atau “functional hypohtesis” (lihat lebih lanjut di Watts dan Zimmerman, 1986). Hipotesis ini menyatakan bahwa ada perubahan harga sekuritas karena pasar secara sistematis dikelabui oleh prosedur akuntansi.
Sunder (1973) meniliti 110 perusahaan yang berpisah dari metode FIFO ke LIFO dan 22 perusahaan yang berpindah dari LIFO ke FIFO selama periode 1946 sampai dengan 1966. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa saham-saham perusahaan yang berpindah dari FIFO ke LIFO mengalami kenaikan abnormal return mulai 12 bulan sebelum pengumuman. Untuk perusahaan-perusahaan yang berpindah dari LIFO ke FIFO mendapatkan abnormal return yang negatif pada waktu pengumuman dan 12 bulan sesudahnya. Hasil ini mendukung bahwa investor bereaksi terhadap pengumuman perubahan metode akuntansi dan menggunakan informasi arus kas untuk menilai harga sekuritas. Hal ini konsisten dengan uraian sebelumnya bahwa kondisi ekonomi inflasi, perubahan motode FIFO ke LIFO meningkatkan arus kas dan jika investor menggunakan informasi arus kas, maka akan didapatkan reaksi positip terhadap harga sekuritas.
1.4.PENGUJIAN INFORMASI PRIVAT
          Pengujian informasi privat merupakan pengujian pasar efisiensi bentuk kuat, permasalahan dalam pengujian efisiensi bentuk kuat adalah informasi privat yang akan diuji merupakan informasi yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Pengujian ini secara tidak langsung menggunakan proksi. Proksi yang digunakan adlah return yang diperoleh oleh corporate insider dan return yang diperoleh oleh portofolio reksadana. Alasanya corporate insider dan reksadana dianggap mempunyai informasi privat di dalam perdagangan sekuritas
Insider Trading
          Merupakan perdagangan sekuritas yang dilakukan oleh corporate insider. corporate insider adalah pejabat perusahaan, manajemenya atau pemegang saham mayoritas yang mempunyai informasi privat. Security Exchange Commision (SEC) mengharuskan insider mempunyai kepemilikan 10% dari saham perusahaan harus melaporkan kegiatan transaksi sekuritasnya ke SED secara bulanan. Informasi ini dipublikasikan secara bulanan oleh SEC dalam publikasi “ Official Summary of Security Transaction and Holdings”. Official summary  ini telah banyak digunakan sebagai basis apakah  insider  dapat memperoleh abnormal return.
Return dari Reksa Dana
          Reksa dana merupakan portofolio yang dibentuk oleh perusahaan reksadana dan dijual kembali kepada masyarakat dalam bentuk unit penyertaan. Salah satu tujuan dari reksadana adalah untuk meminimumkan resiko tidak sistematik (dengan membentuk portofolio) dan untuk menghsilkan return yang inggi. Jika reksa dana dapt menghasilkan return yang tinggi yang tidak normal hal ini bertentangan tentang hipotesis pasar efisien, jika ini memang terjadi reksa dana dapat memperoleh abnormal returnyang berlebihan. Kemungkian manajer reksa dana dapat informasi privat yang tidak di publikasikan.
1.5.ANOMALI PASAR
Anomalisasi pasar adalah teknik atau strategi yang tampaknya bertentangan dengan pasar efisien. Beberapa anomali yang dapat mendapat banyak perhatian adalah anomali karena strategi PER (price Earning Ratios) rendah dan anomali efek ukur perusahaan.
Basu melakukan penelitian dengan merangkng PER tinggi ke PER yang rendah selama 12 bulan setelah terjadi pembelian sekuritas. Hasil yang diperoleh bahwa sekuritas sekuritas dengan PER rendah mengalahkan sekuritas dengan PER yang tinggi. Hal ini dikatakan anomali karena informasi PER merupakan informasi yang tersedia luas dan sudah banyak dilgunakan oleh pasar dalam menilai suatu saekuritas. Jika investor sudah banyak menggunakan strategi ini tidak akan menghsilkan abnormal return,akan tetapi kenyataan strategi ini dapat menghasilkan abnormal return, sehingga dianggap sebagai suatu anomali. Anomali pasar terjadi pada peusahaan yang kecil karena perusahaan – perusahaan yang berukuran kecil memerikan return yang lebih besar dibandingkan dengan return yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar.
DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto hartono, 2010, Teori Portofolio dan Analisis investasi, edisi ketujuh, BPFE-Yogyakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35218/4/Chapter%20ll.pdf., diunduh pada tanggal 22 september pukul 06.15 WIB

http://studio3e.wordpress.com/2012/08/06/stock-split-pemecahan-saham/., diunduh pada tanggal 22 september pukul 06.20